Dekorasi Dinding Vintage
Usaha
kecil menengah yang telah berdiri dan akan terus dikembangkan yaitu berupa
Dekorasi Dinding Vintage dengan nama brand GuazumaArs. Dengan bermaterialkan
limbah kayu yang dipandang sebelah mata oleh kebanyakan orang, kami dapat
menyulap limbah kayu tersebut menjadi suatu dekorasi yang jauh lebih bernilai
harganya. Dekorasi ini dapat dijadikan hiasan dinding rumah ataupun tempat
usaha yang membutuhkan dekorasi unik dan menarik.
Product
Untuk saat ini kami
memulai fokus untuk dekorasi wood sign, wood sign sendiri merupakan beberapa papan kayu yang
bentuk dengan ukuran tertentu lalu dilukis tangan menggunakan cat sesuai
desain. Pada bagian belakang kayu diberikan sebuah tali guna mempermudah
dekorasi tersebut untuk diletakkan pada sebuah dinding.
Dikarenakan mulai
berkembangnya pasar di dunia vintage decoration maka kami merambat untuk
mengembangkan serta menambah koleksi kami diantaranya seperti pigura,
string, clipboard, serta cutting board dan akan terus berkembang
untuk memenuhi kebutuhan pasar.
Price
Dalam menentukan harga jual,
kami menggunakan beberapa cara dalam menentukannya:
1. Harga
jual
2. Keunikan
barang
3.
Permintaan pasar
Promotion
Kami mempromosikan produk
kami dengan menggunakan:
1.
Media
sosial
Kami memilih media sosial
sebagai media utama kami mempromosikan produk kami. Karena media sosial yang
bersifat terbuka, bebas, dan umum mempermudah kami memperkenalkan produk kami
ke masyarakat banyak hanya dengan mem-posting foto produk.
2.
Mulut ke
mulut
Menurut kami, penyebaran
informasi melalui media sosial akan terjadi sangat cepat ketika seseorang telah
mengetahui informasi yang berasal dari sosial media maka ia akan
merekomendasikan hal tersebut kepada teman-teman sekitarnya.
3.
Pemasangan
Iklan berbayar media social
Perlunya
pemasangan iklan agar sebuah brand dapat lebih dikenal oleh masyarakat luas.
Facebook Ads merupakan salah satu contoh sarana pembantu pemasangan iklan pada
media social seperti Facebook, Instagram, dll.
Place
Kami
belum membuka toko yang dapat dikunjungi secara langsung. Namun untuk
tempat produksi berada di wilayah Ciracas, Jakarta Timur.
TOKOH
BISNIS ADVICER
Egar
Putra Bahtera (Owner Chevalier, Cannestore, Sociawatch, Monoka)
Memulai berbisnis
memang bukan pekerjaan yang mudah, apalagi tidak memiliki pengalaman. Namun
bagi Egar Putra Bahtera, berbisnis jadi tantangan untuk dirinya.
Berawal dari hobinya terhadap sepatu kulit, ia memberanikan diri memulai bisnis sepatu kulit dan bertekad untuk menembus pasar sepatu kulit premium, yang memiliki harga di atas Rp 1 juta. Lewat merek Chevalier yang diluncurkan pada tahun 2011.
Berawal dari hobinya terhadap sepatu kulit, ia memberanikan diri memulai bisnis sepatu kulit dan bertekad untuk menembus pasar sepatu kulit premium, yang memiliki harga di atas Rp 1 juta. Lewat merek Chevalier yang diluncurkan pada tahun 2011.
Menurutnya,
peluang menembus pasar sepatu premium sangat besar saat ini, karena bisa
dibilang belum banyak pebisnis lokal yang takut untuk masuk ke pasar sepatu
kulit premium alasannya takut bersaing dengan merek luar.
"Chevalier
mau fokus di pasar premium karena ada peluang besar di situ. Untuk lokal yang
masuk pasar premium masih sedikit yang ngisi bisa dibilang masih kosong nah
kekosongan itu mau kita manfaatkan terlebih kan kaum menengah itu naik
angkanya. Kalau kita lihat penjual sepatu lokal yang dari kulit paling mahal
dijual Rp 500 ribu paling," kata Egar.
Dengan modal Rp 10
juta, ia mencoba membuat 12 pasang sepatu laki-laki ke perajin dan mulai
memasarkannnya, mulai dari kerja sama dengan salah satu forum di internet dan
juga ke teman-temannya.
"Modal awal Rp 10 juta itu untuk bikin website, beli bahan baku pokoknya untuk start Chevalier, itu modal dari tabungan bisnis preorder baju sebelumnya dan juga menyisihkan uang jajan coba buat 12 pasang sepatu laki-laki kita pasarkan di forum di internet itu 3 hari kita sudah bisa BEP (break event point/impas). Ke teman juga sih cuma kalau pasarin ke teman suka dibilang cari untunglah atau apa lah, di forum itu yang cepat jualnya," ujar pria lulusan Pertambangan ITB ini.
"Modal awal Rp 10 juta itu untuk bikin website, beli bahan baku pokoknya untuk start Chevalier, itu modal dari tabungan bisnis preorder baju sebelumnya dan juga menyisihkan uang jajan coba buat 12 pasang sepatu laki-laki kita pasarkan di forum di internet itu 3 hari kita sudah bisa BEP (break event point/impas). Ke teman juga sih cuma kalau pasarin ke teman suka dibilang cari untunglah atau apa lah, di forum itu yang cepat jualnya," ujar pria lulusan Pertambangan ITB ini.
Saat ini Egar memiliki
usaha lain selain Chevalier, yaitu Cannes, yang juga memproduksi sepatu kulit
dengan harga yang lebih rendah dibanding dengan Chevalier.
Bahan baku yang diperolehnya didapat dari lokal maupun impor dari Amerika Serikat (AS). Kesulitan yang dihadapi saat ini menurut Egar adalah harus cerdas dalam mencari peluang dan mampu bersaing dengan enterpreneur lain yang memiliki modal hingga ratusan juta rupiah. Ia saat ini bekerja sama dengan 20 perajin sepatu lokal dan sudah memiliki 5-10 karyawan.
"Karena ini pasar premium harus cerdas lihat peluang pasar bagaimana caranya gunakan uang yang tidak besar, sedangkan saya pasti berhadapan dengan mereka yang ada investor sampai ratusan juta bahkan miliaran untuk modal marketingnya nggak gampang. Saya harus cerdas bagaimana dengan biaya marketing Rp 10 juta bersaing dengan yang Rp 500 juta saya nge-push itu," jelas Egar. Sepatu-sepatu buatan Egar juga telah mampu menembus pasar internasional seperti Eropa dan AS. Untuk pasar internasional ia mampu mengirim hingga 50 pasang setiap dua bulan.
Bahan baku yang diperolehnya didapat dari lokal maupun impor dari Amerika Serikat (AS). Kesulitan yang dihadapi saat ini menurut Egar adalah harus cerdas dalam mencari peluang dan mampu bersaing dengan enterpreneur lain yang memiliki modal hingga ratusan juta rupiah. Ia saat ini bekerja sama dengan 20 perajin sepatu lokal dan sudah memiliki 5-10 karyawan.
"Karena ini pasar premium harus cerdas lihat peluang pasar bagaimana caranya gunakan uang yang tidak besar, sedangkan saya pasti berhadapan dengan mereka yang ada investor sampai ratusan juta bahkan miliaran untuk modal marketingnya nggak gampang. Saya harus cerdas bagaimana dengan biaya marketing Rp 10 juta bersaing dengan yang Rp 500 juta saya nge-push itu," jelas Egar. Sepatu-sepatu buatan Egar juga telah mampu menembus pasar internasional seperti Eropa dan AS. Untuk pasar internasional ia mampu mengirim hingga 50 pasang setiap dua bulan.
Sumber:
https://finance.detik.com/peluang-usaha/d-3260134/modal-rp-10-juta-pria-ini-sekarang-jadi-eksportir-sepatu 06/06/2017 20:05WIB
Nama Anggota
Kelompok :
1. Nurul Hijriyati (25216621)
2. Yasita Azalea Agusfine (27216726)
3. Pradhitya Wahyutama (25216770)