Rabu, 04 Desember 2019

Sumber Daya Manusia



APA ITU SUMBER DAYA MANUSIA?

Pengertian Sumber Daya Manusia (SDM) adalah individu produktif yang bekerja sebagai penggerak suatu organisasi, baik itu di dalam institusi maupun perusahaan yang memiliki fungsi sebagai aset sehingga harus dilatih dan dikembangkan kemampuannya.

Pengertian sumber daya manusia makro secara umum terdiri dari dua, yakni SDM makro yaitu jumlah penduduk dalam usia produktif yang ada di sebuah wilayah, dan SDM mikro dalam arti sempit yaitu individu yang bekerja pada sebuah institusi atau perusahaan. Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan suatu hal yang sangat penting dan harus dimiliki dalam upaya mencapai tujuan organisasi atau perusahaan. Sumber daya manusia merupakan elemen utama organisasi dibandingkan dengan elemen sumber daya yang lain seperti modal, teknologi, karena manusia itu sendiri yang akan mengendalikan faktor lain.

PERAN DAN FUNGSI SUMBER DAYA MANUSIA DALAM EKONOMI

Setelah mengetahui pengertian sumber daya manusia, sekarang kita akan membahas tentang peran dan fungsinya dalam ekonomi. Dari uraian singkat di atas dapat dikemukakan bahwa peran dan fungsi SDM dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu secara mikro dan makro. Secara mikro sumber daya manusia berperan dalam hal faktor produksi (ketenagakerjaan). Sedangkan secara makro peran sumber daya manusia dalam hal pembangunan dan kependudukan. Berikut peran dan fungsi SDM dalam ekonomi:
  • Sumber Daya Manusia sebagai Tenaga Kerja
Tenaga kerja (manpower) adalah penduduk dalam usia kerja (berusia 15-64 tahun) yang memiliki kemampuan untuk mengeluarkan usaha tiap satuan waktu guna menghasilkan barang atau jasa, baik untuk dirinya sendiri ataupun untuk orang lain.
Sumber Daya Manusia sebagai Tenaga Ahli
Sumber daya manusia bersama-sama dengan teknologi dianggap sebagai keunggulan kompetitif untuk menjadikan sumber daya manusia sebagai tenaga ahli dalam mengejar ketertinggalan dari pembangunan ekonomi.

  • Sumber Daya Manusia sebagai Pimpinan Perusahaan
Kepemimpinan adalah suatu proses dimana orang-orang tertentu mempengaruhi tindakan, sikap dan nilai-nilai orang lain dengan sukarela, antusias, dan dedikasi yang tinggi. Untuk menjadi seorang pimpinan perusahaan yang baik, ia harus memiliki keahlian interpersonal yang luar biasa. Sehingga mampu digunakan untuk memperbaiki hubungan yang retak dengan para karyawan di dalam suatu organisasi.

  • Sumber Daya Manusia sebagai Tenaga Usahawan
Tenaga usahawan adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik didalam maupun di luar hubungan kerja secara mandiri. Tujuannya untuk menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sebagai tenaga usahawan maka sumber daya manusia harus melibatkan dirinya dalam proses produksi.

  • Sumber Daya Manusia dalam Menciptakan dan Mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
IPTEK adalah segala sesuatu yang diketahui mengenai pengetahuan suatu bidang yang disusun secara sistematis yang digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu. Ini bisa dilakukan di berbagai bidang dengan menggunakan teknik atau metode dalam produksi barang dan jasa atau teknologi-teknologi yang ada.

  • Mengorganisasikan Penggunaan Berbagai Faktor Produksi
Pengorganisasian merupakan cara manajamen merancang struktur formal untuk penggunaan yang paling efektif. Misalnya terhadap sumber daya keuangan, fisik, bahan baku, dan tenaga kerja organisasi.

  • Sumber Daya Manusia sebagai Produsen
Produksi merupakan setiap perbuatan yang menjadikan barang dapat lebih sempurna (dapat menambah nilai atau manfaat suatu barang) untuk memenuhi kebutuhan manusia. Hal yang dimaksud dengan produsen adalah pihak atau pelaku yang melakukan produksi dalam menambah nilai guna suatu barang atau menciptakan barang baru. Sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

  • Sumber Daya Manusia sebagai Konsumen
Konsumsi dalam pengertian umum berarti pemakaian barang-barang hasil produksi. Menurut istilah ekonomi, konsumsi merupakan kegiatan menggunakan, memakai atau menghabiskan barang dengan maksud memenuhi kebutuhan. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan jasa yang tersedia dalam masyarakat bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain, serta tidak diperdagangkan.

APA ITU MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA?

Melihat betapa pentingnya sumber daya manusia dalam perusahaan melalui beberapa definisi tadi, disimpulkan bahwa dibutuhkan sebuah ilmu untuk mengatur sumber daya manusia. Inilah yang akhirnya melahirkan manajemen SDM. Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang sangat penting sehingga harus dikelola dengan baik untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi atau perusahaan. Oleh karena itu, Manajemen SDM merupakan program aktivitas untuk mendapatkan sumber daya manusia, mengembangkan, memelihara dan mendayagunakannya. Dengan tujuan untuk mendukung organisasi mencapai tujuannya. Sumber daya manusia saat ini memiliki pengaruh besar pada sebuah perusahaan di mana sekarang berada pada perubahan lingkungan bisnis yang sulit untuk diprediksi dan tidak lagi  stabil. Perusahaan harus fleksibel tidak lagi bersikap kaku (organizational rigidity). Kegiatan bisnis tidak lagi di jalankan berdasarkan aturan saja, melainkan juga dikendalikan oleh visi dan nilai. Oleh karena itu, memerlukan kemampuan SDM yang dapat diandalkan, memiliki wawasan, kreatifitas, pengetahuan, dan sevisi dengan perusahaan.

Komponen Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen sumber daya manusia memiliki beberapa komponen sebagai berikut:

  • Perencanaan
Manajer yang efektif menyadari bahwa bagian penting dari waktu mereka adalah dalam proses perencanaan. Mengapa demikian? Karena, bagi manajer SDM, proses perencanaan berperan penting dalam menentukan program yang maksimal dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan perusahaan. Manajer SDM juga harus bisa mengajukan dan menjawab beberapa pertanyaan, yaitu apa yang akan dilakukan, siapa yang melakukan, kapan dan dimana dilakukan. Fungsi dari proses ini jelas untuk membantu pimpinan perusahaan untuk mengetahui informasi lengkap dan saran terkait pegawainya.

  • Pengorganisasian
Setelah perencanaan selesai dan diperoleh beberapa keputusan, sekarang saatnya membentuk organisasi untuk bisa menjalankan keputusan tersebut. Proses pengorganisasian adalah membentuk organisasi, kemudian membaginya ke dalam unit-unit yang sesuai dengan fungsi berbeda-beda pada masing-masing unitnya, namun memiliki tujuan yang sama. Pada proses pengorganisasian, dirancanglah hubungan antara pekerjaan atau jabatan, personel, dan faktor fisik lainnya. Dalam proses ini juga terbentuk struktur organisasi yang akan menunjukkan dengan jelas bagaimana hubungan antarunitnya.

  • Pengarahan
Setelah ada rencana dan struktur organisasi yang jelas, maka selanjutnya dibutuhkan pengarahan atau motivasi, gerakan, perintah. Pengarahan ini adalah memberi petunjuk dan mengajak para pegawai agar secara sadar mau melaksanakan pekerjaan sesuai ketentuan perusahaan. Fungsinya adalah untuk mengarahkan sumber daya manusia agar mau bekerja secara baik dan efektif, serta secara sukarela tanpa merasa dipaksa. Dengan demikian, akan muncul sebuah kerja sama dalam perusahaan.

  • Pengendalian
Fungsi terakhir dalam manajemen sumber daya manusia adalah pengendalian. Di sini mulai dilakukan pengawasan atas tindakan pegawai untuk kemudian dibandingkan dengan rencana yang telah terbentuk. Pengendalian yaitu melihat, mengamati, dan menilai tindakan atau pekerjaan pegawai, apakah mereka benar-benar melaksanakan pekerjaan sesuai tujuan dan target yang telah ditetapkan atau tidak. Dari sini bisa dilihat dan dilakukan koreksi atas seluruh penyimpangan yang terjadi. Pengendalian memungkinkan pengaturan kegiatan-kegiatan menurut rencana sumber saya manusia yang telah dirumuskan dalam suatu analisis demi mencapai tujuan organisasi atau perusahaan.

  • Pengadaan
Fungsi operasi yang pertama merupakan pengadaan atau biasa disebut procurement. Fungsinya terkait dengan mendapatkan jenis dan jumlah tenaga kerja yang penting untuk mencapai tujuan organisasi. Fungsi ini terkait dengan beberapa subjek seperti perekrutan, penyeleksian, dan penempatan pegawai dalam perusahaan. Proses rekrut umumnya memerlukan kegiatan untuk menyeleksi tenaga kerja, misalnya meninjau formulir aplikasi, tes psikologi, mengecek referensi, dan mengadakan wawancara.

  • Pengembangan
Setelah itu, dibutuhkan sebuah pengembangan sumber daya manusia demi meningkatkan keahlian melalui pelatihan yang berkaitan dengan kinerja pekerjaan. Pengembangan sangatlah penting, menilai dari terus munculnya perubahan terkait kemajuan teknologi, penyesuaian jabatan, dan kerumitan tugas manajerial. Latihan dalam mengembangkan keahlian ini disebut juga pelatihan atau penataran, dan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu penataran langsung bagi pegawai yang sudah diterima setelah proses seleksi demi mempersiapkan pegawai dalam bekerja, penataran bagi pegawai yang sudah terlebih dahulu bekerja baru ditugaskan mengambil penataran demi meningkatkan kinerjanya.

  • Kompensasi
Fungsi operasi ketiga adalah kompensasi yakni pemberian upah yang cukup dan wajar kepada tenaga kerja atas kontribusinya terhadap tujuan organisasi atau perusahaan. Kompensasi biasanya diberikan secara ekonomi, yakni dalam bentuk uang ditambah dengan tunjangan lainnya.

  • Integrasi atau Penyatuan
Meski pegawai telah diterima, dikembangkan, dan diberi kompensasi yang memadai, tidak ada jaminan adanya integrasi atau kesatuan dalam perusahaan. Oleh karena itulah dibutuhkan proses integrasi atau penyatuan, di mana setiap individu diminta merubah pandangannya, kebiasaannya, dan sikap lainnya yang dirasa kurang menguntungkan bagi perusahaan. Semua ini dilakukan dengan tujuan menciptakan sebuah kerja sama yang baik demi mencapai tujuan organisasi atau perusahaan.

  • Perawatan atau Pemeliharaan
Pemeliharaan atau perawatan merupakan langkah selanjutnya dengan tujuan mempertahankan dan meningkatkan kondisi sumber daya manusia yang telah ada.
Umumnya, hal ini dilakukan dalam berbagai bentuk. Misalnya, dengan pemberian inventaris kantor berupa kendaraan bagi para salesman. Setelah diberikan, sebaiknya hal ini tetap dipertahankan, karena penarikan atau pengurangan dapat memberi dampak terhadap pegawai. Dampak itu tidak berhenti pada pegawai saja, namun juga bisa mempengaruhi perusahaan dan membawa kerugian.

  • Pemisahan atau Pelepasan atau Pensiun
Selain menerima pegawai, maka wajar jika ada fungsi operasional terakhir berupa pemisahan atau pelepasan atau pensiun. Dengan kata lain, ini adalah proses memisahkan atau mengembalikan pegawai ke dalam masyarakat. Fungsi ini berkaitan dengan mereka yang telah lama berkontribusi dalam perusahaan, dan tujuan utamanya adalah untuk menjamin pensiun pegawai. Perusahaan berusaha menjamin agar pegawai pensiun dengan aman, dengan cara memberikan dana bagi mereka yang akan pensiun. Dana ini bersumber dari potongan gaji pegawai terkait selama masa aktifnya bagi perusahaan.




Referensi :

  1. https://jojonomic.com/blog/sumber-daya-manusia 

Rabu, 13 November 2019

Manajemen Sumber Daya Manusia

Kelompok 1

Nama : Nurul Hijriyati
NPM : 25216621
Kelas : 4EB06

PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk.

fungsi manajemen pemotivasian:

A.    Motivasi Eksternal & Internal
1.      Motivasi Eksternal
Motivasi eksternal menjelaskan kekuatan yang ada di dalam individu yang dipengaruhi oleh faktor internal yang dikendalikan oleh manajer, yaitu meliputi penghargaan, kenaikan pangkat dan tanggung jawab.Motivasi eksternal meliputi faktor pengendalian oleh manajer yang meliputi hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan seperti halnya gaji atau upah, keadaan kerja dan kebijaksanaan perusahaan dan pekerjaan yang mengandung hal-hal seperti penghargaan, pengembangan dan tanggung jawab.Manajer perlu mengenal motivasi eksternal untuk mendapatkan tanggapan yang positif dari karyawannya.Tanggapan yang positif ini menunjukkan bahwa bawahan sedang bekerja demi kemajuan perusahaan.Manajer dapat menggunakan motivasi eksternal yang positif maupun negatif. Motivasi positifmerupakan penghargaan atas prestasi yang sesuai, sedangkan motivasi negatif mengenakan sanksi jika prestasi tidak dapat dicapai.

2.      Motivasi Internal
Motivasi internal merupakan motivasi yang berasal dari dalam diri  seseorang. Efek motivasi terhadap kinerjakaryawan akan tercipta jika motivasi internal ini sudah ada. Motivasi internal berperan penting dalam menciptakan prestasi kerja yang tinggi dan terus menerus. Banyak perlakuan yang dapat dilakukan dalam meningkatkan motivasi internal, antara lain memberikan penghargaan kepada karyawan yang berprestasi. Memberikan kesempatan melanjutkan pendidikan serta membuka peluang bagi promosi karir, dan sebagainya.


B.     Hubungan Motivasi Kerja Dengan Produktivitas Kinerja Karyawan
Produktivitas kerja adalah suatu kemampuan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan suatu produk atau hasil kerja sesuai dengan mutu yang ditetapkan dalam waktu yang lebih singkat dari seorang tenaga kerja. Setiap  organisasi pada dasarnya akan memiliki  kebijakan yang berbedabedaterhadap sumber daya manusia yang dimilikinya guna mencapai produktivitas kerjakaryawan. Dalam pencapaian yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan terdapat banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja  karyawan antara lain adalah adanya motivasi kerja, disiplin kerja, kepuasan kerja  dan stres kerja karyawan bertambah.
Keempat yang mempengaruhi produktivitas  kerja karyawan tersebut, diharapkan mampu memberikan jalan bagi karyawan  guna mencapai produktivitas  kerja yang lebih baik lagi. Motivasi kerja merupakan  suatu kondisi dimana karyawan membutuhkan apresiasi penuh atas  pekerjaannya, mendapatkan suasana yang nyaman dalam pekerjaan, keamanan dalam bekerja, gaji/upah yang baik, pekerjaan yang menarik dan disiplin yang bijaksana dari setiap manajer.Salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas  kerja adalah kurangnya semangat kerja karyawan dimana salah satu didalamnya  adalah masalah motivasi kerja yang kurang dilakukan pada suatu manajer  perusahaan.
Motivasi kerja adalah kondisi atau keadaan dalam suatu  perusahaan yang ingin meningkatkan keuntungan yang lebih besar dari sebelumnya, maka dari itu motivasi kerja sangat berperan penting dalam  mendapat produktivitas yang maksimal. Karena tujuan dari motivasi kerja adalah  memberikan semangat kerja kepada setiap karyawan agar karyawan dapat  melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisen. Dampak yang terjadi apabila  didalam perusahaan tidak ada motivasi kerja, dimana karyawan akan melakukan  pekerjaannya dengan biasa-biasa saja dan kurang semangat dalam melaksanakan tugasnya.
Berdasarkan dari asumsi diatas bahwa dengan peran motivasi kerja terhadap produktitas dapat meningkatkan semangat kerja karyawan dimana karyawan akan bekerja secara maksimal dan menyukai lingkungan kerjanya dan keuntungan yang didapat dalam suatu perusahaan adalah mendapatkan penghasilan yang meningkat dari tahun ke tahun apabila motivasi ini terus dilakukan.

Senin, 21 Oktober 2019


Kode Etik Prinsip-prinsip Dasar Akuntan Profesional IFAC 2005

Seorang akuntan profesional diharuskan untuk mematuhi prinsip-prinsip dasar berikut :
1.   Integritas
Seorang akuntan profesional harus tegas dan jujur dalam semua keterlibatannya dalam hubungan profesional dan bisnis.
2.   Objektivitas
Seorang akuntan profesional seharusnya tidak membiarkan permasalahan, konflik kepentingan, atau pengaruh yang berlebihan dari orang lain untuk mengasampingkan penilaian profesional atau bisnis.
3.   Kompetensi Profesional dan Kesungguhan
Seorang akuntan profesional mempunyai tugas yang berkesinambungan untuk senantiasa menjaga pengetahuan dan skil profesional pada tingkat yang diperlukan untk memastikan bahwa klien atau atasan menerima jasa profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan terkini dalam praktik, legislasi, dan teknis. Seorang akuntan profesional harus bertindak tekun dan sesuai dengan standar teknis dan profesional yang berlaku dalam memberikan layanan profesional.
4.   Kerahasiaan
Seorang akuntan profesional harus menghormati kerahasian informasi yang diperoleh sebagai hasil dari hubungan bisnis profesional dan bisnis tidak boleh mengungkapakan informasi tersebut kepada pihak ketiga, tanpa otoritas yang tepat dan spesifik kecuali ada hak hukum atau profesional atau kewajiban untuk mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh sebagai hasil dari hubungan bisnis profesional seharusnya tidak boleh digunakan untuk kepentingan pribadi para akuntan profesional atau pihak ketiga.
5.   Perilaku Profesional
Seorang akuntan profesional harus patuh pada hukum dan peraturan-peraturan terkait dan seharusnya menghindari tindakan yang bisa mendeskreditkan profesi.

8 Prinsip Dasar Etika Profesi Akuntansi

Dalam kode etik akuntan indonesia, prinsip etika profesi akuntansi terdiri dari delapan prinsip etika berikut.
1.   Tanggung jawab Profesi
Setiap anggota berkewajiban menggunakan petimbangan moral dan profesinal setiap melakukan kegiatan. Anggota memiliki tanggungjawab kepada semua pemakai jasa profesional.
2.   Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk bertindak dalam rangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik dan menjunjung komitmen atas profesionalisme. Kepentingan publik didefenisikan sebagai kepentinagn masyarkat dan institusi yang dilayani anggota secara keseluruhan.
3.   Integritas 
Integritas adalah suatu kesatuan yang mendasari munculnya pengakuan profesional. Integritas merupakan kualitas yang mendasari kepercayaan publik dan standar bagi anggota dalam menguji semua keputusanyang diambil. Setiap anggota harus menjaga tingkat integritasnya dengan terus memaksimalkan kinerja serta melaksanakan tugas yang telah menjadi tanggung jawabnya.
4.   Objektivitas
Yaitu suatu kulaitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan oleh anggota. Prinsip objektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur, secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau berada dibawah pengaruh pihak lain.
5.   Kompetensi dan kehati-hatian profesional
Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Anggota tidak diperkenankan menggambarkan pengalaman keandalan kompetensi atau pengalaman yang belum anggota kuasai atau belum anggota alami. Kehati-hatian profesional mengharuskan anggota untuk memenuhi tanggungjawab profesinya dengan kompetensi dan ketekunan.
6.   Kerahasiaan
Para auditor wajib menjaga kerahasiaan para klien yang diaudit. Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesioanal dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan.
7.   Prilaku Profesional
Kewajiban untuk menghindari perbuatan atau tungkah laku yang dapat mendiskreditkan atau mengurangi tingkat profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggungjawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota lain, staf, pemberi kerja, dan masyarakat.
8.   Standar teknis
Anggota harus melakukan profesionalitasnya sesuai dengan standar teknis dan standar profesional yang ditetapkan secara relevan. Standar teknis dan standar profesional yang harus ditaati anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh IAI, International Federation of Accountants, badan pengatur, dan peraturan perundang-undangan yang relevan.



5 KODE ETIK PROFESI AKUTANSI

Agar dapat menjadi pemain yang baik maka kita harus memahami aturan yang dipatuhi. Demikian halnya dengan seorang akuntan. Agar dapat menjadi akuntan yang baik, para akuntan haruss mematuhi aturan-aturan dan persyaratan yang dapat mengkualifikasikannya sebagai seorang akuntan yang profesional.

Terkait dengan hal tersebut terdapat kode etik yang harus dipatuhi oleh para akuntan. Dengan adanya kode etik tersebut para akuntan tidak hanya diwajibkan memiliki kemampuan hardskill terkait akuntansi. Namun para akuntan juga dituntut untuk memiliki perilaku yang baik dan bermoral terkait dengan pekerjaan. Adapun instasi yang berwenang terhadap para akuntan di masing-masing negara berbeda. Maka dari itu setiap akuntan akan memiliki kode etiknya masing-masing bergantungan pada instasi berwenang di negaranya. Namun, pada dasarnya kode etik profesi akan mengarahkan perilaku para pekerja agar bermoral dan baik. Misalnya, para akuntan Indonesia akan mengikuti kode etik akuntan yang disusun oleh IAI.

Secara teoritis. Kode etik profesi akuntan diartikan sebagai pedoman sikap tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari dalam profesi akuntansi.



Nama           : Nurul Hijriyati
NPM             : 25216621
Kelas            : 4EB06
Tugas           : Etika Profesi Akuntansi
Dosen          : Caecilia Widi Pratiwi

Senin, 14 Oktober 2019

Manajemen Sumber Daya Manusia


Kelompok 1

Nama : Nurul Hijriyati
NPM : 25216621
Kelas : 4EB06

PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk.

Wakil Direktur Utama
Tugas:
Membantu Direktur Utama dalam mengintegrasikan penyelenggaraan operasi Direktorat-Direktorat yang berada dalam kelompok Operating Business, dan fungsi Corporate Support yang berkaitan dengan risk, legal, & compliance, dan corporate affair.
Wakil Direktur Utama bertanggung jawab atas:
a.     Pengendalian operasional unit-unit Operating Business dengan fokus driving existing business, sinergi & integrasi operasi, revenue enhancement, serta pengendalian cost/ efisiensi.
b.     Kualitas dan sinergi dari perencanaan serta pelaksanaan kebijakan dan strategi operasional unit Operating Business (Direktorat Network & Solution, Direktorat Konsumer, dan Direktorat Enterprise & Wholesale) sehingga dapat memenuhi sasaran kinerja yang telah ditetapkan.
c.      Terbentuknya sinergi operasi dan bisnis dengan subsidiary (perusahaan afiliasi/ asosiasi) yang sudah established, serta efektifitas pengelolaan Sistem Informasi Perusahaan.
d.     Pengendalian operasional Unit Risk Management, Legal & Compliance.
e.      Koordinasi (secara langsung) penyelenggaraan fungsi Corporate Support yang terkait dengan fungsi Corporate Affair (yang mencakup Synergy, BOD Administration, Business Effectiveness, dan Business Performance Evaluation).
f.       Koordinasi dengan Corporate Office dan Direktorat terkait untuk memenuhikebutuhan dari unit-unit Operating Business yang menjadi tanggung jawabnya dalam rangka mendukung pencapaian kinerja yang telah ditetapkan.


Rabu, 08 Mei 2019


Jakarta,
Almost 200 million Indonesian voters head to the polls on Wednesday after a long presidential election campaign dominated by economic policy issues.
The eventual winner - the incumbent President Joko Widodo or former general Prabowo Subianto - will face significant challenges in steering Southeast Asia's biggest economy. Mr Joko is making a big infrastructure push and raising social welfare spending, while his challenger is promising tax cuts and import curbs to spur domestic industries.
Regardless of the outcome, the new administration will face a number of key challenges:
Economic growth has averaged about 5 per cent a year since Mr Joko took office in 2014, well short of the 7 per cent he targeted in his first term. The current government is projecting growth of 5.3 per cent this year and as much as 5.5 per cent in 2020, which would be the fastest expansion since 2013. That may be challenging against a global backdrop of slowing world growth, unresolved US-China trade tensions and volatile oil prices.

The campaign team for Mr Prabowo has said his policies, including corporate and personal income tax cuts, would result in growth of about 5 per cent over the first two years of a five-year presidential term and 7 per cent growth by the third year.
The jobless rate is near a 20-year low of 5.34 per cent, which looks good on paper, but hides a growing problem of underemployment. The number of people working less than 35 hours a week has been increasing, one of the reasons economists cite for lacklustre spending in the economy.
Almost 36 million people, near close to a third of the workforce, are classed as underemployed, according to official statistics.
Mr Joko's campaign says Indonesia needs to create 100 million jobs in the next five years in an economy where more than half the population of 260 million are under the age of 40.
The current account deficit, which last year widened to almost 3 per cent of gross domestic product, remains a key vulnerability for the economy. It makes Indonesia reliant on foreign capital to fund its import needs, inflows that can be volatile as investor sentiment swings.
The deficit was one of the main reasons why Indonesia was targeted in an emerging market sell-off last year, triggered by rising US interest rates and a stronger dollar. The rupiah slumped more than 5 per cent against the dollar in 2018, dropping to its lowest levels since the Asian financial crisis two decades prior, as investors pulled out of the nation's stocks and bonds.
The rupiah has bounced back in 2019, helped in part by the central bank's swift action in raising interest rates by 175 basis points and the US Federal Reserve's shift away from policy tightening this year. The current account remains a risk though, and the government has imposed a number of measures to curb imports and spur exports to lower the deficit.
Indonesia has been making slow progress in opening up its economy to foreign investors. Many are still waiting for authorities to overhaul the so-called negative investment list, which dictates levels of foreign ownership allowed in a host of sectors.
Foreign direct investment dropped 8.8 per cent in 2018, the first decline under Mr Joko's rule. The government's tussle with Freeport-McMoRan Inc over ownership of the world's biggest gold mine also hurt sentiment.
Indonesia needs foreign investment to help pay for its development, including a massive infrastructure gap the World Bank Group has said would cost hundreds of billions of dollars to fix. The next government would have to convince foreign investors that Indonesia is open for business.
Inflation has come down steadily over the years, staying under 5 per cent since 2016. With little price pressures in the global economy, inflation in Indonesia has slowed to a 10-year low of 2.5 per cent in March. It's forecast to remain inside the central bank's 2.5 per cent to 4.5 per cent target band this year.
Despite the slowdown, voters continue to cite the cost of living as a key election issue, along with jobs. The government has managed to cap fuel prices ahead of the election, but a jump in oil prices this year will make that difficult to sustain.
Low inflation and the global shift away from policy tightening have fuelled calls for Bank Indonesia to start cutting interest rates after six hikes since May. Governor Perry Warjiyo remains cautious though, warning of risks in the global economy. 
Paraphrase:
After a long presidential election campaign dominated by economic policy issues, almost 200 million Indonesian voters head to the polls on Wednesday.
The eventual winner— president Joko Widodo or former general Prabowo Subianto — will face major challenges in steering the largest economy in Southeast Asia. Mr Joko is pushing a large infrastructure and raising spending on social welfare, while his challenger is promising tax cuts and import restrictions to spur domestic industries.
Regardless of the outcome, the new administration will face a number of key challenges:
Since Mr Joko took office in 2014, economic growth has averaged about 5% a year, well short of the 7% that he targeted in his first term. The current government is planning to grow by 5.3% this year and by 2020 by as much as 5.5%, which would be the fastest expansion since 2013. This may be challenging in the face of a global backdrop of slowing global growth, unresolved trade tensions between the US and China, and volatile oil prices.
Mr Prabowo's campaign team said its policies, including corporate and personal income tax cuts, would result in a 5 percent increase over the first two years of a five-year presidential term and a 7 percent increase over the third year.
The unemployment rate is close to a 5.34 percent 20-year low, which looks good on paper but hides a growing underemployment problem. There has been an increase in the number of people working less than 35 hours a week, one of the reasons economists are citing lackluster economic spending.
According to official statistics, nearly 36 million people, nearly a third of the workforce, are classified as underemployed.
Mr Joko's campaign says Indonesia needs to create 100 million jobs in an economy where over half of the 260 million people are under the age of 40, over the next five years.
The current account deficit, which widened to nearly 3% of gross domestic product last year, continues to be a key economic vulnerability. It makes Indonesia dependent on foreign capital to fund its import needs, which can be volatile as investor sentiment fluctuates.
The deficit was one of the main reasons why last year Indonesia was targeted by rising US interest rates and a stronger dollar in an emerging market sell-off. The rupiah slumped more than 5 percent against the dollar in 2018, dropping to its lowest level since two decades prior to the Asian financial crisis, as investors pulled out of the nation's stocks and bonds.
The rupiah bounced back in 2019, partly helped by the swift action of the central bank to raise interest rates by 175 basis points and shift away from policy tightening this year from the US Federal Reserve. However, the current account remains a risk, and a number of measures have been imposed by the government to curb imports and stimulate exports to reduce the deficit.
In opening up its economy to foreign investors, Indonesia has made slow progress. Many are still waiting for authorities to overhaul the so-called negative investment list that dictates foreign ownership levels permitted in a host of industries.
In 2018, foreign direct investment fell by 8.8 %, the first decline under the rule of Mr Joko. Also hurt feeling was the government's tussle with Freeport-McMoRan Inc over ownership of the world's largest gold mine.
Indonesia needs foreign investment to help pay for its development, including a massive infrastructure gap said to be costing hundreds of billions of dollars to fix. Foreign investors should be convinced by the next government that Indonesia is open to business.
Over the years, inflation has steadily declined, remaining below 5% since 2016. With low price pressures in the global economy, Indonesia's inflation slowed in March to a 10-year low of 2.5 %. It is forecast to stay within this year's target band of 2.5 percent to 4.5 percent of the central bank.
Despite the slowdown, in addition to jobs, voters continue to cite living costs as a key issue for elections. The government has been able to cap fuel prices ahead of the election, but this year's jump in oil prices will make it hard to sustain that.
Low inflation and the global shift away from the tightening of policies have fuelled calls for Bank Indonesia to begin cutting interest rates after six hikes since May. Governor Perry Warjiyo, however, remains cautious, alerting the global economy to risks.




Group 2
·         Dhiyo Athobarani Djuharia (21216950)
·         Ferdi Adha Apriansyah       (22216785)
·         Nabilah Farhaty                    (25216229)
·         Nurul Hijriyati                       (25216621)
·         Reynaldo Desta                     (26216245)
·         Yulfit Afrilda                         (27216045)

Jumat, 11 Januari 2019

Economy System in Soekarno Era


          In the era of guided democracy, President Soekarno runs guided economic system. In the mid-1960s, the political situation and the economy in Indonesia were in the disaster. After independence in 1945 (and termination of a conflict with the Netherlands in 1949), this young country beset with internal politics are dangerous because some political forces – including the military, nationalist, Islamist, parties and Communist-mutual opposite each other. For a decade, Sukarno, Indonesia's first President, enough success to stem the threat from these forces. The Indonesian economy quickly deteriorated due to debt and inflation, while exports weakened. Foreign exchange eamed from the country’s plantation sector fell from USD $442 million in 1958 to USD $330 million in 1966. Soekarno implemented the command economy system as applied especially in the flow of Communist countries. Indonesia’s economy is very bad caused by political instability in the country wich is reflected, among others, by the occurrence of some rebellion in a number of areas. The peak of the economic devastation Indonesia happened in 1966 toward the and of a long period, i.e. the occurrence of hyperinflation which reached 650%.


The Best Economy System for Indonesia

Indonesia is a country that is very rich in its natural wealth, but Indonesia still cannot be called an advanced country because there is still a lack of knowledge for processing its existing wealth. Indonesia has done various economic systems both from a liberal economic system, an economic system of etatism, a mixed economic system and a Pancasila economy. But in reality Indonesia is still classified as a developing country. Now, which economic system is suitable for Indonesia? In my opinion the economic system that is suitable to be applied in Indonesia is the Pancasila economic system. The reason is because the economic system is based on ideology of the Indonesian nation which isPancasila. So the Pancasila is not only an ideology, but there is an application and goals to achieve in that ideology. The economic system must be oriented to the God (the enactment of the ethics and morals of religion rather than materialism), Indonesian union (togetherness, nationalism and democracy in the economy), popularism (which must prioritize people's economic life), and social justice (hence the main prosperity of society is not individual prosperity). If this system is carried out properly by the government and the community, prosperity will be seen, but in reality there are still many elements of the government that can not be trusted, so are the people. They still against our ideology sometimes. It needs a high awareness of both the government and the community to achieve the goals of a country.
                                                                                                                                        

By :
Free Blog Templates